Kisah Napi Trianto, Produksi Miniatur Motor dari Korek Bekas di Tengah Keterbatasan Fasilitas

Trianto tengah konsentrasi membuat miniatur motor dari korek bekas.
TULUNGAGUNG - Dengan cekatan Trianto (28) membongkar beberapa korek gas bekas, kemudian memisahkan setiap bagiannya.
Selanjutnya Trianto merangkai bagian-bagian korek gas tersebut menjadi bentuk sepeda motor sesuai keinginannya.
Ada Harley, motor Vespa, motor balap, trail, hingga skuter yang dimodifiksai menjadi motor drag race.
Untuk langkah awal, Trianto membuat rangka motor menggunakan selang korek.
Sedangkan roler pemantik digunakan untuk blok mesin.
Menggunakan lem G, satu per satu bagian tersebut dirangkai.
“Yang paling cepat membuat Vespa, paling butuh satu jam selesai. Yang paling lama motor sport, karena detailnya sangat banyak,” ungkap Trianto, Rabu (30/8/2017) saat ditemui di Lembaga Pemasyarakatan (LP) Kelas II B Tulungagung.
Miniatur motor dari korek bekas buatan Trianto.
Miniatur motor dari korek bekas buatan Trianto. (surya/david yohannes)
Trianto memang salah satu narapidana di LP Tulungagung. Setiap bagi hari ayah dua anak ini bekerja memotong rambut.
Selepas pekerjaannya selesai, Trianto mencari kesibukan dengan membuat miniatur sepeda motor dari korek api bekas.
Trianto mengungkapkan, dirinya pernah belajar ketrampilan ini di LP Blitar.
Empat bulan yang lalu, Trianto dipindah ke LP Tulungagung.
Di tempat barunya ini, Tri mendapat kesempatan mengembangkan kemampuannya.
“Sering kali petugas dan teman-teman memberikan saya korek api bekas. Karena bahan bakunya ini yang sulit didapat,” ucap Trianto.
Untuk lem G Trianto harus minta tolong temannya untuk mengirim saat besuk.
Sedangkan untuk menguatkan setiap sambungan, digunakan gabus bekas rokok.
Alat yang digunakan hanya berupa gunting dan sebuah silet pendek.
Untuk membuat sebuah miniatur Vespa, dibutuhkan 3 korek api bekas.
Jumlah ini paling sedikit dibanding miniatur motor jenis lain.
Sedangkan yang paling banyak menghabiskan bahan, adalah motor sport, karena membutuhkan kotek bekas hingga 10.
Selama di LP Tulungagung, Trianto sudah menjual 18 karyanya
Biasanya pembeli adalah para pembesuk. Harganya antara Rp 25.000 hingga Tp 30.000.
“Kadang juga dibeli teman sesama napi. Imbalannya paling rokok dua bungkus saja,” terang Trianto.
Keterbatasan Alat
Trianto harus berpikir kreatif untuk menghasilkan miniatur motor.
Sebab baru saja alatnya disita, karena ia membawa silet ke dalam kamar untuk mengerjakan bagian motor yang belum selesai.
Saat dilakukan razia, alat produksinya tersebut disita petugas.
Di tengah keterbatasan, Trianto terus berupaya menghasilkan produk.
Warga Blitar ini berulang kali mencabut benang di ujung celananya yang dipotong.
Benang warna hitam tersebut kemudian dijadikan ornamen jeruji.
“Kadang apa saja yang ditemukan diambil untuk digunakan. Seperti garuda ini,” ucap Trianto sambil menunjukkan pin garuda kecil, yang dipasang di bagian depan miniatur trail.
Miniatur motor menjadi pelampiasan hobi yang tidak tersalurkan.
 Sebelumnya, napi kasus penggelapan mobil rental dan dihukum 1,5 tahun ini pernah menjadi pembalap.
Mulai dari road race, trail hingga drag race. Namun selama di penjara, hobi tersebut harus dipendam.
Kasi Bimbingan Narapidana/Anak Didik dan Kegiatan Kerja (Binadik dan Giatja) LP Tulungagung, Dedi Nugroho mengatakan, kendala utama adalah soal pemasaran.
Padahal hasil kerajinan Trianto mempunyai nilai jual.
Meski dengan alat yang terbatas, Trianto mempu membuat produk yang berkualitas.
“Kami mengundang jika ada masyarakat yang mau membantu menjualkan, monggo,” ujarnya.

Sumber: Surya.co.id

No comments

Powered by Blogger.