Warga Binaan Lapas Bandar Lampung ikut ajang Lomba Dai

TETAP SEMANGAT: M. Faruq bersama Kepala Bidang Pembinaan Lapas Kelas IA Bandarlampung Giyono sebelum mengikuti lomba dai se-Provinsi Lampung belum lama ini. FOTO LAPAS KELAS 1A BANDARLAMPUNG FOR RADAR LAMPUNG
Lampung - Warga binaan selama ini kerap diidentikkan dengan hal-hal negatif. Namun ternyata, tidak semua warga binaan seperti yang disangkakan selama ini. Muhammad Faruq contohnya. Warga binaan ini merupakan salah satu finalis lomba dai.
Muhammad Faruq (20) tak mampu menyembunyikan pancaran rasa bangga dari matanya ketika dia berhasil menyelesaikan penampilannya pada Lomba Dai se-Provinsi Lampung di Hotel Nusantara Syariah dan Rumah Makan Begadang, Sabtu (3/6) lalu.
Para juri acara yang bertujuan mengader imam dan khatib berkualitas ini sempat kepincut dengan penampilan Faruq –sapaan akrabnya. Suaranya yang lantang ditambah tatapan mata yang tajam saat melantunkan ayat-ayat suci Alquran adalah penyebabnya. Maka tidak heran bila kemudian pada sesi penilaian, para juri ini menanyakan latar belakang Faruq.
Tanpa sungkan, Faruq mengungkapkan statusnya sebagai seorang warga binaan pemasyarakatan (WBP) Lapas Kelas IA Bandarlampung. Sejak lima bulan terakhir, dia harus menjalani hukuman di lapas yang berada di daerah Rajabasa ini karena kasus membawa kabur pacarnya. Kasus itu membuat dia dihukum selama 8 tahun 4 bulan.
Beruntung, saat di Lapas, Faruq ditempatkan di blok D. Blok ini kebetulan banyak dihuni warga binaan yang juga berstatus sebagai santri Pondok Pesantren (Ponpes) Darut Taubah yang berada di dalam Lapas Kelas IA Bandarlampung. Tanpa membutuhkan waktu lama, Faruq ikut terjun menjadi santri. Selama empat bulan mengikuti kegiatan Ponpes, dia mulai belajar mengaji hingga belajar berceramah.
”Dengan saya bergabung di ponpes ini, saya malah merasa lebih dekat dengan Allah SWT. Rasanya jika saya melakukan kesalahan sedikit saja, ada yang ngeganjal di hati saya,” jelas Faruq dengan mata berkaca-kaca.
Pada ajang perlombaan dai itu, Faruq menjadi satu-satunya peserta dengan latar belakang warga binaan. Dia mengaku, sejak awal mengikuti ajang tersebut, dia tidak mematok target muluk. Meski demikian, Faruq mengaku tetap berusaha semaksimal mungkin untuk menyampaikan materi dakwah yang bermanfaat.
“Waktu ikut acara ini, saya sempat minder. Saya malu karena lawan yang ikut bertanding merupakan didikan ponpes yang telah bertahun-tahun belajar agama secara mendalam. Tapi saya tetap yakin saja. Ya setelah selesai, lega juga,” jelas Faruq.

Sumber: radarlampung.co.id

No comments

Powered by Blogger.