Lapas Purbalingga Tangkal Radikalisme Dengan Pesantren Kilat Ramadan
Purbalingga – Lembaga Pemasyarakatan
(Lapas) Kelas II B Purbalingga, Jawa Tengah menggelar Pesantren Kilat
pada Bulan Ramadan ini untuk meningkatkan keimanan warga binaan
sekaligus menangkal radikalisme yang menyusup ke dalam Lapas.
Kepala Lapas Kelas II B Purbalingga, Sulardi mengatakan pihaknya
memberikan pemahaman antiradikalisme kepada warga binaan dalam materi
aqidah akhlaq atau materi tingkah laku. Selain itu, diajarkan pula
materi membaca Al Qur’an dan tajwid serta hafalan Al Qur’an.
Selain menggandeng Kementerian Agama (Kemenag) Purbalingga dan Majelis Ulama Indonesia (MUI) Purbalingga, pihaknya juga melibatkan dua Ormas Islam besar yang dinilai moderat, yakni Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah.
Dia pun mengakui, lapas tak luput dari penyusupan paham radikal. Itu sebab, deradikalisasi menjadi materi yang yang juga diberikan secera rutin. Dia berharap agar pesantren kilat ini juga bisa menjadi dorongan agar warga binaan semakin baik saat menjadi warga binaan.
“Tentu untuk masalah itu, jadi hari ini kita membuka pesantren kilat. Dalam rangka pembinaan mental rohani mereka. Ya, tapi lebih khususnya mendisiplinkan mereka dalam ibadah,” jelasnya, Senin (29/5).
Lebih lanjut Sulardi mengemukakan, Lapas Kelas II B Purbalingga juga menjalankan program Nusantara Mengaji. Program ini merupakan program untuk menggiatkan bacaan Al Quran pada warga Lapas. Menurut Lardi, yang wajib mengikuti program ini tak hanya warga binaan saja, melainkan juga petugas Lapas.
Sulardi mengklaim, dari 160 napi yang mengikuti program nusantara mengaji pada tahun 2017 60 diantaranya sudah khatam Al Quran. Sementara, lainnya masih berada di pertengah juz atau sudah mendekati khatam. Kata Lardi, ada pula warga binaan yang masih belajar mengenal huruf hijaiyah. Menurut dia, ajaran agama yang diberikan di Lapas ini bisa menjadi bekal ketika sudah bebas dan kembali ke lingkungan masyarakat.
Selain menggandeng Kementerian Agama (Kemenag) Purbalingga dan Majelis Ulama Indonesia (MUI) Purbalingga, pihaknya juga melibatkan dua Ormas Islam besar yang dinilai moderat, yakni Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah.
Dia pun mengakui, lapas tak luput dari penyusupan paham radikal. Itu sebab, deradikalisasi menjadi materi yang yang juga diberikan secera rutin. Dia berharap agar pesantren kilat ini juga bisa menjadi dorongan agar warga binaan semakin baik saat menjadi warga binaan.
“Tentu untuk masalah itu, jadi hari ini kita membuka pesantren kilat. Dalam rangka pembinaan mental rohani mereka. Ya, tapi lebih khususnya mendisiplinkan mereka dalam ibadah,” jelasnya, Senin (29/5).
Lebih lanjut Sulardi mengemukakan, Lapas Kelas II B Purbalingga juga menjalankan program Nusantara Mengaji. Program ini merupakan program untuk menggiatkan bacaan Al Quran pada warga Lapas. Menurut Lardi, yang wajib mengikuti program ini tak hanya warga binaan saja, melainkan juga petugas Lapas.
Sulardi mengklaim, dari 160 napi yang mengikuti program nusantara mengaji pada tahun 2017 60 diantaranya sudah khatam Al Quran. Sementara, lainnya masih berada di pertengah juz atau sudah mendekati khatam. Kata Lardi, ada pula warga binaan yang masih belajar mengenal huruf hijaiyah. Menurut dia, ajaran agama yang diberikan di Lapas ini bisa menjadi bekal ketika sudah bebas dan kembali ke lingkungan masyarakat.
Sumber: Gatranews.com
Leave a Comment