Mengintip Suasana di Rutan Klas II B Sampang
Gatot Tri Rahardjo, Kalapas Klas II B Sampang saat memantau aktivitas Lapas melalui CCTV |
SAMPANG, (suarajatimpost.com) – Kesan penjara yang
menyeramkan dan mengerikan begitu kuat melekat dalam benak masyarakat.
Apalagi banyak film bergenre kekerasan dalam sel memperkuat brand
tersebut. Tapi bila anda mendatangi Rumah Tahanan (Rutan) Klas II B
Sampang, bisa jadi kesan itu berbeda jauh.
Lembaga Pemasyarakatan (lapas) adalah tempat melakukan pembinaan
terhadap narapidana. Sedangkan rumah tahanan negara (rutan) merupakan
tempat tersangka atau terdakwa ditahan selama proses penyidikan,
penuntutan dan pemeriksaan di sidang pengadilan.
Melihat fungsi lapas sebagai tempat untuk pembinaan inilah, Kalapas
Klas II B Sampang, Gatot Tri Rahardjo melakukan sebuah inovasi dengan
merubah suasana dalam lapas lain dari yang lain, yakni mendesain suasana
didalam lapas menjadi familiar agar tidak terkesan menyeramkan.
"Kita sengaja mendesain rutan ini biar tidak lagi dianggap
menyeramkan. Hal itu, agar Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP) itu tidak
merasa di perlakukan tidak manusiawi, karena mereka ini juga sama-sama
punya hak," ungkapnya kepada suarajatimpost.com, Rabu (19/04).
Hal itu, kata Gatot salah satu trik atau cara pembinaan yang baik
dimana fungsinya sebagai penghilang rasa jenuh bagi WBP yang menjalani
masa hukuman dalam lapas, sehingga mereka senang dan merasa seperti di
lingkungan masyarakat. Untuk itu, maka pihaknya bekerjasama dengan
dinas-dinas terkait diantaranya, Dinkes dalam menangani masalah
kesehatan para napi.
Selain itu, pihaknya juga bekerjasama dengan Damkar dalam
mengantisipasi terjadinya kebakaran dan juga kerjasama dengan BNK agar
ada pembinaan kepada para napi yang tersandung masalah narkoba dan untuk
keamanan kerjasama dengan TNI-Polri.
"Sementara, untuk keluarga yang membesuk para tahanan kita juga
menyiapkan tempat khusus agar lebih nyaman dengan duduk enak dan bisa
ngobrol dengan keluarganya," imbuhnya.
Sementara kata Gatot untuk mewujudkan lapas dengan sistem keamanan.
Ia memasang alat pengawasan dan keamanan yakni CCTV yang bisa mendeteksi
banyak hal. Karena itu, jika ada sesuatu langsung bisa dideteksi. Dia
menambahkan, bukan saja untuk mengawasi napi, tapi juga untuk mengawasi
petugas. Petugas bekerja atau tidak juga akan terdeteksi.
"Hal itu, karena kita keterbatasan personil yang hanya berjumlah 35
orang pegawai. Sementara yang melakukan penjagaan hanya 16 orang secara
bergantian dengan ditempatkan di setiap titik penjagaan. CCTV ini
sendiri ada 16 buah, tetapi masih ada 14 buah yang terpasang di 14 titik
pantau," tuturnya.
Dikatakannya, dengan suasana nyaman dan fasilitas yang tersedia di
dalam lapas membuat para narapidana itu sudah seperti keluarga, sehingga
mereka secara bersama melakukan semua kegiatan dengan tanpa masalah.
"Kami berharap masyarakat juga tidak perlu takut lagi datang ke rutan
ini dan bagi petugas agar lebih profesional dalam bekerja untuk
melayani para warga binaan pemasyarakatan (WBP) itu," tandasnya.
Sumber:suarajatimpost.com
Leave a Comment