Bangga Produksi Mebel Napi Porong Berkelas Internasional

PRODUKTIF: Erwinsyah, 38, warga binaan Lapas Kelas I Surabaya, sedang mengamplas mebel.
 JawaPos.com – Sejumlah penghuni Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas I Surabaya terus berkarya. Salah satu kegiatan kerja para warga binaan di lapas di Desa Kebon Agung, Porong, itu adalah memproduksi mebel. Antara lain, kursi, meja, dan lemari.
Barang-barang rumah tangga itu diproduksi di ruang kerja seluas 2 hektare. Mulai proses awal bahan baku, assembling, hingga finishing dan packaging, semua dikerjakan warga binaan. ’’Ada sekitar 150 warga binaan yang bergantian mengerjakan proyek di sini. Mereka dibantu 25 instruktur yang merupakan tenaga ahli,’’ kata Kalapas Kelas I Surabaya Riyanto.
Pria asal Kebumen tersebut menceritakan, bahan baku disuplai dari pemberi order, yaitu CV Bahari. Setelah selesai, barang dikembalikan ke pemberi order. Nah, siapa sangka barang tersebut ternyata didistribusikan hingga ke mancanegara. Negara-negara Asia seperti Jepang dan Korea menjadi jujukan andalan. ’’Bukan hanya itu, sekarang sudah sampai Inggris dan Belanda,’’ lanjutnya bangga.
PROGRAM KERJA: Syahrul Hanafi (kiri) dan Hayat Dwi Priyanta membelah batu dengan pisau putar di Lapas Kelas I Surabaya.
PROGRAM KERJA: Syahrul Hanafi (kiri) dan Hayat Dwi Priyanta membelah batu dengan pisau putar di Lapas Kelas I Surabaya.
Riyanto mengatakan bahwa pesanan kini sepi. Sebulan hanya memproduksi satu sampai dua kontainer. Padahal, jika kondisinya ramai, produksi bisa mencapai empat kontainer. Saat lagi ramai mereka sering menambah jam kerja. ’’Mereka senang saja karena bayarannya pasti lebih besar,’’ ungkapnya.
Selain softskill, para warga binaan memperoleh materi. Jumlahnya tidak banyak, tetapi cukup untuk kebutuhan dalam penjara. ’’Karena bayaran mereka ditabung dan baru bisa diambil ketika bebas nanti,’’ jelas mantan Kalapas Wirogunan Jogjakarta tersebut. Selain itu, pendapatan dari kegiatan kerja tersebut akan dimasukkan ke kas negara. Yakni, sebagai pendapatan negara bukan pajak (PNBP).
Para warga binaan yang ikut memang rata-rata dengan hukuman berat. Di atas lima tahun. Sebab, aktivitas itu membutuhkan keahlian khusus. Juga, butuh ketekunan. ’’Karena kita ngajari juga susah. Kalau baru bisa langsung bebas kan kurang afdal,’’ ungkapnya.
Salah satu warga binaan itu adalah Supriyanto. Dia sudah lima tahun ini bekerja. Dia awalnya tidak mengerti apa-apa tentang mebel. Namun, Supriyanto kini sudah menjadi senior dan bertugas sebagai quality control. ’’Dulu ndak bisa,’’ ucap pria asal Trenggalek itu.
Pria yang terlibat kasus pembunuhan tersebut mengaku bangga bisa bekerja di tempat itu. Yang membuatnya lebih bahagia, hasil karyanya bisa dijual sampai ke luar negeri. ’’Kita memang nggak nyari uang, lihat hasil diakui internasional saja sudah bangga,’’ ungkap pria 29 tahun tersebut.
Kegiatan kerja seperti itu sebenarnya ada sejak penjara tersebut berlokasi di Kalisosok, Surabaya. Namun, dulu yang difokuskan hanya kerajinan rotan. Kegiatannya berubah menjadi perajin kayu sejak pindah ke Porong. ’’Cari bahan untuk rotan susah sehingga dialihkan ke kayu,’’ lanjutnya.
Riyanto berharap kegiatan itu bisa bermanfaat di kemudian hari. Dengan demikian, keahlian tersebut bisa disalurkan untuk hidup yang lebih baik. ’’Supaya mereka ndak ngobrol saja di dalam lapas, nanti tahu-tahu bebas,’’ ucapnya.
 
Sumber:Jawapos.com

No comments

Powered by Blogger.